Harga minyak dunia yang anjlok diangka 50,15 dolar per barel, belum membuat pemerintah berinisiatif untuk menurunkan harga BBM.
Hal
itu disayangkan banyak kalangan, salah satunya ekonom senior Kwik Kian
Gie. Menurutnya, saat harga minyak dunia sedang lesu harusnya harga
premiun bisa diturunkan ke angka 5.900 rupiah.
Namun nyatanya
pemerintah masih menetapkan harga BBM jenis premium di angka tujuh ribu
tiga ratus rupiah. Itu berarti pemerintah mengambil selisih untung
terlalu besar dari penjualan harga BBM ke rakyatnya sendiri.
Lantas,
mengapa harga BBM yang sudah mengikuti harga pasar belum juga turun?
Mengapa sikap pemerintah yang katanya pro rakyat malah mengambil untung
terlalu besar dari penjualan BBM?